Kamis, 20 Maret 2014

BAB VI B.2. Hawar Daun (Rhizoctonia solani Kuhn.)

2. Hawar daun (Rhizoctonia solani Kuhn.)


a. Tanaman inang: melati, hidrangea, soka, tanaman sayuran seperti selada, kentang, cabai, tomat, kubis, gulma (rerumputan)

b. Gejala serangan
Terdapat bercak besar yang berbatas tidak teratur pada daun melati. Bercak tersebut berwarna coklat dan dapat meluas dengan cepat sehingga membusukkan daun. Bila lingkungan sangat lembab, maka pada sisi bawah daun sering terlihat adanya benang-benang kecoklatan yang sangat halus seperti sarang labah-labah.

c. Epidemiologi
R. solani berkembang dalam tanah jika terdapat banyak bahan organik, dan populasinya akan makin tinggi jika dari tahun ke tahun di lahan yang sama ditanami tanaman yang rentan. Jamur menular ke daun jika daun bersinggungan dengan daun yang terinfestasi, atau jika daun terpercik air hujan yang membawa tanah
berjamur.

d. Pengendalian

1) Kultur teknis
a) Diusahakan agar kondisi pertanaman tidak terlalu lembab.
b) Sanitasi kebun dengan membersihkan dari gulma.
2) Mekanis
Pemotongan bagian tanaman yang terserang dan dimusnahkan

3) Kimiawi
Sebelum aplikasi fungisida dilakukan pemantauan OPT, dan aplikasinya apabila diperlukan. Pestisida yang telah terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian untuk OPT melati belum ada, namun demikian untuk sementara dapat menggunakan fungisida sebagai-mana tercantum dalam lampiran

BAB VI B. Penyakit Bunga Melati

B. Penyakit Bunga Melati

1. Bercak kuning Xanthomonas campestris pv jasminii


a. Tanaman inang: J. sambac, J. undulatum, J. multiflorum.
b. Gejala serangan
Munculnya bintik-bintik hijau di permukaan daun bagian bawah. Bintik-bintik tersebut makin lama makin banyak dan tersebar merata pada seluruh permukaan daun bagian bawah. Tahap berikut¬nya bintik hijau yang berukuran lebih besar beru¬bah warna hijau kekuning-kuningan. Perubahan terus berlanjut hingga muncul warna kuning di sekitar bintik (klorosis) yang selanjutnya diikuti pula oleh munculnya bintik-bintik kuning di permukaan daun bagian atasl Bintik kuning ma- kin jelas dan penguningan daun di sekitar daerah terinfeksi makin meluas dengan bertemunya bintik penyakit satu dengan yang lain.

Pada pusat nekrosis selanjutnya berubah wa erat rna lagi menjadi coklat. Bila serangan b menyebabkan 80 % permukaan daun mengalami nekrosis, jumlah bintik kuning tersebar merata di seluruh permukaan daun dan daun mudah rontok. Pada beberaPa kejadian akibat serangan penyakit ini, daun melati mudah diserang juga oleh patogen sekunder, baik yang berasal dari jarnur maupun bakteri.

c. Epidemiologi
Patogen ini mempunyai sel berbentuk batang pendek, tidak berspora, moth, flagella pollar, Gram negatif. Warna koloni pada media nutriennya adalah kuning, hipersensitivitas positif (48 - 72 jam), dengan masa inkubasi 43 - 48 hari setelah inokulasi (di rumah kaca) dan ± 30 hari di lapangan. Penyakit berkembang hebat pada Jasminum sambac pada musim hujan.

d. Pengendalian

1) Kultur teknis

a) Menggunakan varietal yang tahan terhadap penyakit. Misalnya Jasminum officinale.
b) Mengatur jarak tanam (jangan terlalu dekat).
c) Pemupukan berimbang sesuai dosis anjuran dan sanitasi lingkungan.

2) Mekanis
Memangkas bagian tanaman yang terserang dan dimusnahkan.

3) Sebelum aplikasi fungisida dilakukan pemantauan OPT, dan aplikasinya apabila diperlukan. Pestisida yang telah terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian untuk OPT melati belum ada, namun demikian untuk sementara dapat menggunakan fungisida sebagaimana tercantum dalam lampiran.
penyakit Bunga Melati Selanjutnya adalah Hawar daun (Rhizoctonia solani Kuhn.)

BAB VI A.5. Kutu putih (Pseudococcus longispinus Targioni Tozzetti)

5. Kutu putih (Pseudococcus longispinus Targioni Tozzetti)


Ordo : Homoptera
Famili : Pseudococcidae

a. Tanaman inang :
Hama ini tersebar luas dan merupakan hama penting pada tanaman buah dan tanaman hias seperti melati, gladiol, kaktus, dan anggrek, sedap malam, drasena, kordyline.

b. Gejala serangan
Hama ini biasanya dijumpai pada permukaan bawah daun atau pada sudut petiole. Pada populasi tinggi hama tersebut bergerombol seperti gumpalan kapas dengan embun madu yang lengket sehingga merusak penampilan tanaman. Disamping itu, P. longispinus juga mengisap cairan tanaman sehingga pertumbuhan tanaman terganggu. Pada populasi tanaman menjadi layu bahkan mati.


BAB VI A.4. Trips (Chaetanaphothrips (Scirtothrips) signipennis Bagn.)

4. Trips (Chaetanaphothrips (Scirtothrips) signipennis Bagn.)

Ordo : Thysanoptera
Famili : Thripidae
a. Tanaman inang : melati, krisan, pisang.

b. Gejala serangan
Populasi hama ini dapat meningkat pada musim kemarau, sebaliknya pada musim hujan populasi akan turun. Trips merusak tanaman dengan cara memarut atau merobek jaringan daun atau bunga lalu mengisap cairan tanaman yang ke luar. Bekas parutan terlihat berwarna keperak-perakan kemudian menjadi coklat dan akhirnya bagian jaringan tanaman tersebut mati. Pada tanaman melati trips bersembunyi di helaian bunga. Ukurannya sangat kecil dan bekas serangannya tidak mudah terlihat sehingga hama ini kerap luput dari perhatian petani.

c. Biologi
Trips merupakan sejenis serangga yang berukuran kecil (1 - 2 mm). Tubuhnya langsing dan berwarna hitam, kadang-kadang dengan bercak atau pita merah. Nimfa biasanya berwarna kuning pucat, lebih menyukai makan bagian bunga dan kuncup.
Ciri khas dari serangga ini adalah dua pasang sayap yang kecil memanjang yang dihiasi dengan rumbai-rumbai halus yang agak panjang. Alat mulutnya termodifikasi untuk mengoyak atau memarut permukaan tanaman dan mengisap cairan tanaman yang keluar. Bekas pada jaringan tanaman tersebut dapat menjadi jalan masuk bagi infeksi penyakit bakteri atau cendawan. Beberapa jenis trips telah diketahui perannya sebagai vektor virus.

d. Pengendalian

1) Mekanis
Pemasangan perangkap likat IATP (Insect Adhesive Trap Paper) berupa kertas lembaran tahan air berwarna kuning yang telah diberi perekat. Warna kuning disukai oleh hama trips. Memangkas bagian tanaman yang terserang dan dimusnahkan.

2) Biologis
Pemanfaatan musuh alami dari jenis Coccinellidae yaitu kumbang macan.

3) Kimiawi
Sebelum aplikasi insektisida dilakukan pemantauan OPT, dan aplikasinya apabila diperlukan. Pestisida yang telah terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian untuk OPT melati belum ada, namun demikian untuk sementara dapat menggunakan insektisida sebagaimana tercantum dalam lampiran.

Serangan Hama Melati Selanjutnya Click Disini  Kutu putih (Pseudococcus longispinus Targioni¬Tozzetti

BAB VI A.3. Ulat Nausinoe (Nausinoe (LepyrOdes) geometralis Gn.)

3. Ulat Nausinoe (Nausinoe (LepyrOdes) geometralis Gn.)

Ordo : Lepidoptera
Famili : Pyralidae

a. Tanaman inang : J. sambac, J. officinale, J. multiflorum.

b. Gejala serangan

Hama ini merupakan hama penting kedua yang merusak tanaman melati dengan cara yang sama dengan P unionalis, yaitu dengan memakan daun dan bunga melati.

c. Biologi
Serangga dewasa berupa ngengat mempunyai sayap berwarna coklat dengan corak khas yaitu berbintik-bintik transparan. Rentang sayapnya ± 24 mm dan panjang badan rata-rata 12 mm. Ngengat betina meletakkan telur pada permukaan bawah daun satu persatu atau berkelompok sebanyak 2-5 butir. Telur berbentuk bulat pipih berwarna bening (transparan) dengan diameter

± 1 mm. Telur menetas setelah 3-6 hari dan larva yang berwarna hijau bening mulai memakan jaringan daun.


Gambar: Imago Nausing geometralis Gn.. (F. Balithi)


Bentuk, warna dan cara makan larva ini mirip dengan larva P unionalis. Masa larva berlangsung selama ± 17 hari. Larva dapat mencapai panjang maksimun 22 mm. Pupa yang berwarna hijau dengan panjang 11 mm menjadi ngengat dalam waktu 6 hari. Ngengat serangga hama ini dapat hidup sampai ± 5 hari.

d. Pengendalian
1) Mekanis
Memangkas daun-daun yang terserang dan kemudian dimusnahkan.
2) Biologi
Menggunakan jamur parasit Beauveria bassiana. Aplikasi pada sore hari, dengan frekuensi seminggu sekali.
3) Kimiawi
Sebelum aplikasi insektisida, dilakukan pemantauan OPT, dan aplikasinya apabila diperlukan. Pestisida yang telah terdaftal dan diizinkan Menteri Pertanian untuk OPT melati belum ada, namun demikian untuk sementara dapat menggunakan insektisida sebagai-mana tercantum dalam lampiran.
Memangkas daun-daun yang terserang dan kemudian dimusnahkan.

Hama Tanaman Bunga melati Selanjutnya adalah Trips (Chaetanaphothrips (Scirtothrips) signipennis Bagn.)

BAB VI A.2. Penggerek bunga (Hendecasis duplifascialis Hmps)

2. Penggerek bunga (Hendecasis duplifascialis Hmps)

2. Penggerek bunga (Hendecasis duplifascialis Hmps)
Ordo : Lepidoptera
Famili : Pyralidae

a. Tanaman inang : J. sambac, J. officinale
b. Gejala serangan
Hama ini menyerang tanaman melati dengan cara menggerek atau melubangi kuncup bunga sehingga gagal mekar. Kuntum bunga yang terserang menjadi rusak dan kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh cendawan sehingga menyebabkan bunga busuk.

c. Pengendalian
1) Mekanis
Memangkas bagian tanaman yang terserang dan dimusnahkan

2) Biologis
Memanfaatkan musuh alami yaitu parasitoid Phanerotama hendecasisella Cam.

3) Kimiawi
Sebelum aplikasi insektisida dilakukan pemantauan OPT, dan aplikasinya apabila diperlukan. Pestisida yang telah terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian untuk OPT melati belum ada, namun demikian untuk sementara dapat menggunakan insektisida sebagaimana tercantum dalam lampiran

Hama Bunga Melati Selanjutnya adalah Ulat Nausinoe (Nausinoe (LepyrOdes) geometralis Gn.)

Hama Dan Penyakit Bunga Melati

A. Hama Bunga Melati

1. Ulat Palpita (Palpita unionalis Hubn)

Ordo : Lepidoptera
Famili : Pyralidae

a. Tanaman inang : Jasminum sambac, J. Officinale

b. Gejala serangan
Ulat merusak tanaman melati dengan cara memakan daun muda dan pucuk tanaman. Dengan bertambahnya umur larva, daun-daun melati yang tersisa direkatkan satu sama lain dan digunakan untuk membentuk kepompong. Akibatnya, tanaman melati gagal membentuk bunga karena bagian pucuk tanaman rusak sehingga produksi bunga menurun. Selain itu, tampilan tanaman menjadi tidak menarik sehingga tidak dapat dijual sebagai tanaman pot

Gambar: Kerusakan Daun Melati Akibat serangan ulat Palpita Unionalis Hubn






c. Biologi
Ulat berwarna hijau mengkilap agak transparan, panjangnya dapat mencapai 11 mm. Ulat biasa-nya mengeluarkan benang-benang halus berwar¬na putih yang digunakan untuk menggulung daun atau menjalin jaring halus tempat ulat tersebut bersembunyi dan memakan daun melati. Stadia larva berlangsung selama 22-25 hari.

Gambar: Imago Palpita Unionalis Hubn

Gambar: Ulat Palpita Unionalis Hubn


Selanjutnya ulat membentuk kepompong yang berwarna hijau atau cokelat dengan panjang sekitar 12 mm.
Setelah 15-19 hari, kepompong berubah menjadi ngengat yaitu sejenis kupu-kupu, jika hinggap pada daun atau tempat lain sayapnya direntangkan sejajar dengan tempat hinggapnya. Panjang badan ngengat 14 mm, sedangkan rentang sayapnya 27 mm. Badan dan sayap berwarna putih dengan barisan bulu halusberwarna cokelat pada bagian tepi sayap depan dan ujung ekornya. Serangga betina meletakkan telur yang berwarna bening, berbentuk pipih dengan diameter sekitar 1 mm di permukaan bawah daun.

d. Pengendalian

1 Mekanis
Pemotongan daun-daun tanaman yang terserang, kemudian dimusnahkan.

2 Biologis
Memanfaatkan musuh alami yaitu parasitoid pupa Brachimeria euploeae Westw. (Diptera: Chalcididae), Xanthopimpla punctata (F) (Hymenoptera: lchneumonidae). Sebagai parasitoid larvanya dapat meman-faatkan Apanteles taragamae vier. dan Chelonus tobonus Son. (Hymenoptera : Braconidae).

3 Kimiawi
Sebelum aplikasi insektisida dilakukan pemantauan OPT, dan aplikasinya apabila diperlukan. Pestisida yang digunakan telah terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian. Dapat digunakan insektisida biologi Bacillus thuringiensis Ber.

Menggunakan insektisida botani/nabati yang dibuat dengan cara menghaluskan daun atau biji tanaman famili Annonaceae dan Meliaceae sampai menjadi tepung. Bahan-bahan tanaman tersebut adalah daun mindi (Melia azedarach), daun culan (Aglaia odorata), biji srikaya (Annona squamosa), biji sirsak (Annona muricata), dan biji buah nona (Annona reticulata). Selanjutnya bahan ini diaduk dengan bantuan pelarut organik (aseton) hingga diperoleh ekstrak kasar. Ekstrak kasar dibuat menjadi formulasi cair yang dapat diaplikasikan di lapang dengan konsentrasi ekstrak 0,25 % b/v (g/100 ml air)



Perbanyakan Tanaman Bunga Melati

Pada prinsipnya, tanaman bunga melati dapat diperbanyak secara setek, cangkok, layering
(rundukan), okulasi, dan entres. Perbanyakan tanaman bunga melati yang banyak dilakukan oleh para petani adalah dengan setek, cangkokan dan rundukan. Dengan ketiga cara yang banyak dilakukan oleh para petani tersebut, bibit bunga melati akan tumbuh dan berkembang menjadi tanaman baru yang sifatnya sama dengan induknya. Tanaman bunga melati yang akan diperbanyak sebaiknya telah cukup besar dan mampu beradaptasi, sehingga tanaman bunga melati induk tidak mati

Sabtu, 25 Januari 2014

BAB IV: Budidaya Tanaman Melati

Untuk memenuhi permintaan akan bunga melati yang terus meningkat maka diperlukan lahan yang cukup luas dan disertai dengan teknik budidaya yang mudah dan murah. Bibit bermutu yang cepat tumbuh merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi baik kualitas maupun kuantitasnya.
Tanah yang baik untuk penanaman melati adalah tanah yang agak kering, dengan sinar atahari yang cukup dan tidak terlindung, serta fasilitas irigasi yang cukup.

A. Persiapan Penanaman Bunga Melati

1. Persiapan Tanaman Melati

Dalam penanaman bunga melati diperlukan tekstur tanah yang baik agar mendapatkan tanaman yang sehat dan mampu menghasilkan bungayang indah. Oleh karena itu pengolahan tanah sangat diperlukan. Cara mengolah tanah untuk penanaman bunga melati adalah sebagai berikut.


  • Tanah dicangkul atau dibajak, supaya gembur, serasi dan drainasenya baik.
  • Buang semua rerumputan, dan biarkan tanah selama 2-3 minggu agar matang dan menguap-kan semua gas beracun.
  • Buat gundukan setinggi 30-40 cm, lebar 60-150 cm, dan jaraknya 80 cm, agar memudahkan pemeliharaan dan pengambilan bunga.
  • Di atas gndukan tersebut buatlah lubang tanam dengan jarak 1-1,5 m dalam barisan. Kemudian beri pupuk kandang matang sebanyak 0,5 kg pada tiap lubang.


Pemetikan bunga melati dilakukan hampir setiap hari sehingga jarak tanamnya harus diatur, terutama dalam penanaman berskala besar. Beberapa petani ada yang menanam secara langsung di kebun, tanpa pengolahan tanah secara keseluruhan. Akan tetapi, mereka hanya membuat lubang-lubang tanam saja. Bila demikian, tanah di sekitar lubang tanam harus bersih dari tanaman lain yang mengganggu.
Lubang tanam dibuat 2 - 3 minggu sebelumnya, berukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm, dengan cara menggali tanah menggunakan cangkul. Tanah ga-lian dinaikkan ke pinggir lubang dan dicampur dengan pupuk kandang se-banyak 1 kg untuk tanah ringan dan 2 kg - 3 kg untuk tanah berat yang mengandung liat.

BAB III Syarat Tumbuh Bunga Melati

A. Iklim yang cocok untuk bertanam bunga melati


1.    Curah hujan yang diperlukan rata-rata 5 - 6 bulan basah dan 2 - 3 bulan kering per tahun, curah hujan sebanyak 112 mm- 119 mm dengan 6 - 7 hari hujan per bulan Suhu udara slang hari 28-36 derajat C dan suhu udara malam hari 24-30 derajat C
2.       Temperatur udara yang baik pada siang hari sekitar 28°C - 30°C dan. pada malam hari sekitar 24°C - 30°C, dengan kelembapan udara rata-rata 60%.
3.       Kelembaban udara (RH) yang cocok untuk budidaya tanaman ini 50-80 %.

4.       Selain itu pengembangan budi daya melati paling cocok di daerah yang cukup mendapat sinar matahari.

B. Media Tanam Bunga Melati

  1. Tanaman bunga melati pada umumnya berkembang subur pada jenis tanah Podsolik Merah kuning (PMK), latosol dan andosol.
  2. Tanaman bunga melati membutuhkan tanah yang bertekstur pasir sampai liat, aerasi dan drainase baik, subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik.
  3. Tanah yang di kehendaki adalah dengan unsur hara yang tinggi dengan pH 6 - 7
C. Ketinggian Tempat Menanam Bunga melati

Tanaman melati dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi pada ketinggian 10-1.600 m diatas permukaan laut (dpl). Meskipun demikian, tiap jenis melati mempunyai daya adaptasi tersendiri terhadap lIngkungan tumbuh. Melati putih (Jasminum sambac) Ideal ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 iii diatas permukaan taut (dpl), sedangkan melati Star Jasmine (Jasminum multiflorum) dapat beradaptasi dengan baik hingga ketinggian 1.600 m diatas permukaan laut (dpl). Di sentrum produksi melati, seperti di Kabupaten regal, Purbalingga dan Pemalang (Jawa Tengah), melati tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai dataran menengah (0-700 m diatas permukaan taut (dpl)).

BAB II B. Jenis Jenis Bunga Melati

1. Jasminum sambac
Bunga tunggal warna putih bersih dengan mahkota terbuka. Dalam kelompok terdapat 12 kuntum, diameter bunga 2-3 cm, batang berbentuk segi empat, daun oval atau elips, permukaan atas hijau mengkilat.

Tanamannya berupa perdu merambat setinggi 0,3 m - 3 m. Pada saat muda tanaman tumbuh tegak, batang berwarna hijau, berbentuk segiempat, duduk daun berhadap-hadapan pada setiap buku, bentuk daun oval dengan permukaan hijau mengkilap. Tanaman dapat tumbuh baik pada ketinggian 0 m - 600 m dari permukaan laut (dpl.).

Berdasarkan bentuk dan susunan mahkota bunganya, melati memiliki dua tipe, yaitu tipe berbunga tunggal dan tipe berbunga berlapis-lapis atau ganda. Jasrninum sambac memiliki empat varietas sebagai berikut

  • Jasminum sambac var. Maid Of Orleans
Tanaman berupa perdu menjalar sampai ketinggian 50 cm. Bunganya tunggal, berwarna putih bersih, mahkotanya terbuka, dan muncul dalam tiap-tiap kelompok yang terdiri atas rata- rata 12 kuntum. Jenisnya ada dua, yaitu melati emprit yang memiliki kuncup bunga meruncing dan melati kebo dengan kuncup bunga yang bundar. Batangnya segi empat dan dengan daun berbentuk oval dan permukaan hijau mengkilap.
Melati Emprit

  • Jasminum Sambac Vas. Grand Duke of tuscany
Ketinggian tanaman mencapai 80 cm, dengan bentuk daun oval, panjang daun 3-7 cm dan lebar 3-5 cm. Duduk daun berha-dap-hadapan 2-4 daun. Bunga berukuran besar, muncul secara tunggal dengan diameter 3-3,5 cm. Mahkota bunga berlapis-lapis, berwarna putih, aromanya harum, serta tidak mudah rontok.
Di Indonesia jenis ini dikenal dengan nama melati bangkok, meski-pun sebenarnya melati ini diduga berasal dari Inggris.
Melati Kebo

2. Jasminum multiforum

Jenis ini dikenal dengan nama melati hutan yang tumbuh merambat sepanjang 10 m. Tanaman tumbuh liar di dataran rendah sampai ketinggian 1.600 m dpl. Batang ada yang berbulu dan ada yang tidak.
Bunga tumbuh lebat dan bergerombol di ujung tanaman, tiap kelompok terdiri atas 3-15 kuntum bunga. Bunga berbentuk bintang dengan diameter 3 cm, jumlah mahkota 7-9 helai, berkuntum tunggal, dan tepi mahkota berbentuk lanset. Saat kuncup, bunga berwarna putih hingga kemerah-merahan dan setelah mekar, bunga berwarna kekuning-kuningan batang dan daun ada yang berbulu dan ada yang tidak. Tumbuh merambat 2-10m

Tanaman sangat rajin berbunga, tetapi tidak harum. Melati ini jugs disebut gambir hutan, melur, atau menur; sedangkan di Inggris disebut star jasmine, hair jasmine, dan anger hair jasmine. Menurut beberapa lite-ratur, melati ini dulu bernama J. pubescens. Pemakaian melati ini lebih banyak sebagai jamu radang usus.

3. Jasminum officinale
Bunga kecil, panjangnya 2-3 cm, warna bunga merah tua atau merah gambir ketika kuncup dan ketika mekar berwarna putih. Daun majemuk bersirip ganjil, tekstur halus dan berwarna hijau.
 Jenis ini dikembangkan oleh orang Spanyol dengan nama Spanish jasmine atau casablanka, yang diusahakan sebagai bahan parfum, pewangi, dan campuran teh. Ada dua macam J. offocinale yang lebih dikenal dengan nama J. officinale var. grandiflorum.

4. Jasminum Rex
Jenis ini berasal dari daerah barat daya Thailand, daun berbentuk lonjong memanjang, bagian ujungnya runcing, dan berwarna hijau gelap. Tanaman berbunga tunggal yang tumbuh berkelompok, dan setiap kelompok terdiri atas 2 - 3 kuntum bunga. Bunga berukuran besar dengan diameter mencapai 5 cm, berwarna putih, dan aromanya kurang harum. Melati ini sering disebut jasmine atau melati raja, sebab ukuran bunganya lebih besar.

5. Jasminum parkeri Dunn
Tanaman bunga melati ini diduga berasal dari India barat laut. Tanaman berbentuk semak kerdil setinggi 30 cm. Duduk daun berselang-seling pada setiap buku batang. Dan majemuk dengan anak daun menyirip ganjil yang terdiri atas 3 - 5 anak daun. Bunga muncul dari ujung cabang secara tunggal dan sendiri-sendiri, berbentuk seperti tabung sepanjang 2,5 cm. Saat mekar mahkota bunga dapat mencapai 1,3 cm.

6. Jasminum mesnyi
Jenis ini berasal dari Cina. Tanaman berupa semak, bercabang banyak, dan ketinggiannya mencapai 5 m. Duduk daun berhadap-hadapan, terdiri dari 3 anak daun dengan panjang 2,5 cm - 7 cm, dan berwarna hijau gelap.
Bunga berwarna kuning terang dan berdiri sendiri. Mahkota berbentuk ganda atau semiganda, dengan lebar mencapai 4,5 cm. Jenis yang bermahkota ganda disebut Jasminum mesnyi primrose, yang tidak menghasilkan biji. Jenis ini menyukai tempat terbuka.


BAB II A. Ciri Morfologi Bunga melati

Jenis-jenis melati yang terdapat di Indonesia, yang telah berhasil diinventarisasi oleh Balai Penelitian Tanaman Hias dapat dikelompokkan dalam Jasminum sambac, Jasminum multiforum, dan Jasminum officinale yang dapat dibedakan berdasarkan karakterisasi tanaman, daun dan bunganya. Melati merupakan sejenis perdu memanjat atau menggantung dengan tinggi rata-rata 0,3-3 m, pada kebun-kebun penghasil bunga potong rata-rata tingginya 1m. Kalau tidak dipangkas tanaman melati yang sudah besar akan memanjat pada batang tanaman lain.

Tanaman melati banyak ditanam orang di halaman rumah sebagai tanaman hias. Melati dapat berbunga sepanjang tahun dan dapat tumbuh subur pada tanah yang gembur pada ketinggian 600-800 m di atas permukaan laut bahkan sampai 1800 m di atas permukaan laut asalkan mendapat cukup sinar matahari (Soepardi, 1964).

Tanaman melati berdaun tunggal, berwarna hijau sampai hijau kelabu, helaian daun berbentuk jorong sampai bundar telur, panjang 5-10 cm, lebar 4-6 cm, ujungnya runcing, pangkal membulat, tepi rata, tulang daun menyirip menonjol pada permukaan bawah, permukaan daun mengkilap, tangkai daun pendek sekitar `) mm, tersusun berhadapan (Heyne, 1987).

Mengenal Tanaman Melati

Melati adalah tanaman asli Asia banyak dijumpai di Indonesia, Philipina dan Asia Tenggara. Tanaman melati berbentuk perdu, mempunyai tinggi 0,3-3m dan hidup secara liar. Di Jawa tanaman ini telah dibudidayakan di daerah dataran rendah hingga ketinggian lebih dari 600m diatas permukaan laut. Hampir seluruh bagian tanaman melati dapat dimanfaatkan, tetapi bunganya merupakan bagian tanaman yang mempunyai nilai ekonomis yang paling Linggi. Bunga melati berukuran kecil (diameter sekitar 1¬2 cm) berwarna putih, dan beraroma harum semerbak. Minyak atsiri yang berasal dari bunga melati dapat digunakan untuk pengharum dan obat-obatan. Potensi dan prospek bunga melati cukup besar dalam agroindustri dengan penyerapan terbesar saat ini pada indutsri teh, digunakan untuk pengharum rasa daun teh dan memberi citarasa khas.

Di Indonesia nama melati dikenal oleh masyarakat di seluruh wilayah Husantara. Nama-nama daerah untuk melati adalah Menuh (Bali), Meulu cut atau Meulu Cina (Aceh), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo), Manduru (Menado), Mundu (Bima dan Sumbawa) dan Manyora (Timor), serta Malete (Madura)

BAB I B.Masalah Pengembangan Melati

Dengan adanya peningkatan taraf hidup serta pendapatan penduduk yang semakin padat, menyebabkan
bunga melati tidak bisa dipisahkan dalam setiap kegiatan masyarakat. Peningkatan akan kebutuhan tersebut, baik kebutuhan lokal maupun ekspor, tidak terlepas dari kendala-kendala dalam pengembangan melati, khususnya di tingkat petani.

Beberapa kendala yang dihadapi dalam usaha pengembangan melati adalah sebagai berikut :

  1. Kualitas bunga, disebabkan bunga tidak bertahan lama, ukuran dan aromanya kurang sesuai dengan permintaan.
  2. Adanya fluktuasi harga, dipengaruhi oleh iklim, kebutuhan pema-kaian, dan musim berbunga.
  3. Tanaman bunga melati jarang yang diremajakan sehingga mempengaruhi produktivitas.
  4. Kuantitas ketersediaan yang jarang terpenuhi, baik untuk kebutuhan lokal maupun ekspor.
  5. Perlu dorongan dan rangsangan bagi petani untuk memperbaiki aspek budi daya dan waktu pemetikannya agar bunga tidak cepat busuk dan layu sebelum sampai kepada konsumen.


Demi mencegah dan memperkecil kendala tersebut, sangat diperlukan kerja sama dengan berbagai pihak, misalnya bank, koperasi, peneliti, dan penjual

BAB I A. Prospek Bunga Melati

Pada saat sekarang ini, tanaman bunga melati memiliki prospek yang sangat baik sebagai mata dagangan lokal, tanaman bunga melati banyak diperlukan oleh masyarakat. Bahkan, melati telah memasuki pasaran ekspor (ke Singapura), meskipun kontinuitasnya belum stabil. Kebutuhan dunia akan bunga masih sangat tinggi. Volume ekspor berbagai jenis bunga, misalnya melati, mawar, anggrek, sedap malam, dan anyelir pada tahun 1989/1990 mencapai ± 11,519 ton (US $ 85.794). Angka tersebut masih bisa meningkat, sebab kebutuhan per tahunnya dapat mencapai sekitar 20,7 % dengan sasaran negara Eropa bagian barat (VIE), Jepang, Korea Selatan, Hongkong, dan Singapura.

Kebutuhan lokal akan melati juga sangat tinggi, terkadang masih jarang terpenuhi. Wilayah DKI Jakarta
misalnya, memerlukan sekitar 1,5-2 ton setiap bulannya.  Sementara para pedagang kecil/pengecer dapat menjual bunga melati rata-rata 5-10 kg per hari. Permintaan melati mengalami fluktuasi. Pada bulan Ramadhan dan Muharam

Jumat, 24 Januari 2014

Sekilas Tentang Melati

Tanaman melati (Jasminum) termasuk ke dalam suku Oleaceae adalah tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal dengan jasmine oil, berasal
drill India kemudian menyebar ke Malaysia, Philipina dan Indonesia. Jumlah spesies yang telah di budidayakan sudah mencapai 47 spesies dan tanaman melati yang potensial untuk dikembangkan ada 3 jenis, Melati.lasminum sambac Maid of Orleans, J. Sambac (timid duke of Tuscany dan J. Officinale. Di Indonesia,  melati yang paling umum dibudidayakan adalah Melati putih (Jasminum sambac) yang digunakan untuk  .1 tabur dan rangkaian bunga.  

Sedangkan Jasminum officinale digunakan untuk 
penyodap teh, pewangi dan bahan baku industri. Ditinjau 
atas areal pertanaman dan macam kegunaannya, 
melati mempunyai peluang bisnis besar dan 
prospek yang baik dalam agribisnis dan agroindustri.  

Sentra produksi terbesar bunga melati terdapat di Pulau Jawa, luas areal pertanaman di Jawa Tengah berkisar 317 Ha, Jawa Timur 45 Ha dan Jawa Barat 17 Ha. Produksi rata-rata nasional per tahun mencapai 1.254 ton, sementara itu kebutuhan minyak melati murni dunia adalah 4.000 Ton per tahun.
Tanaman melati cukup berpotensi untuk dikembang­kan dalam usaha agroindustri guna meningkatkan pendapatan petani dan devisa negara.

Salam Sapa Penulis Blog Budiaya Melati serta Disclaimer artikel

Tanaman bunga melati di era sekarang mempunyai prospek sangat balk sebagai mata dagangan lokal, karena banyak diperlukan oleh masyarakat. Bahkan, melati kontinuitasnya belum stabil.
Tanaman bunga melati mempunyai beraneka fungsi di antaranya adalah: sebagai penghasil munyak atsiri, bunga tabur, rangkaian bunga, penyedap teh, pewangi, dan bahan baku industri.

Blog  Budi Daya Bunga Melati ini menyajikan informasi yang berkaitan dengan: Pengenalan tanaman melati, Syarat tumbuh melati, Budi daya tanaman bunga melati, Hama dan penyakit yang menganggu tumbuh kembangnya tanaman bunga melati, dan Panen pascapanen.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Penerbit CV. Sinar Cemerlang Abadi Jakarta yang telah membantu dengan buku Nya sebagai sumber penulisan Blog ini Semoga kehadiran Blog Bunga melati ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan cara-cara membudidayakan bunga melati di tengah masyarakat.
Selenjutnya, kami mengharapkan masukan, kritik, dan saran sebagai media berbagai pengalaman, serta penulisan berikutnya.

Disclimer

Seluruh atau sebagian besar Materi dari Blog ini diambil dari Buku Budidaya Bunga Melati Terbitan CV Sinar Cemerlang Abadi Jakarta. Apa bila Blog ini di anggap melanggar hak cipta atau HAKI dari penulis buku tersebut dengan senang hati saya akan meremove atau make Private Blog ini.. Terimakasih :)